Sebenarnya Sakura tidak yakin pada rencana pemuda yang terkenal dengan baby face-nya itu. Tidak heran, karena Sakura memang baru mengenalnya, tapi Sasori—pria dengan baby face—yang sebentar ini dikenalnya, dia tahu pasti bukanlah seorang yang bodoh. Jadi apa salahnya jika dia mempercayakan nasib cintanya—yang selama ini belum dapat balasan dari Sasuke—pada rencana Sasori?
Mata onix Sasuke menatap mantap emerald Sakura. “Tentu saja. Meski tidak 100%...,” Sasuke sedikit menggantung ucapannya. Hal ini sukses membuat emerald yang ditatapnya membulat meski tak sempurna, menandakan sang pemilik semakin tak percaya bahwa memang rencana ini akan berhasil. “—Tapi aku yakin 99,9%.” Lanjut Sasuke yang sukses menambah keyakinan Sakura.
Emerald yang tadi hampir membulat kini normal kembali. Seulas senyum keyakinan terlukis di bibir mungil Sakura. Sakura menyandarkan punggungnya pada sofa milik Sasuke mencoba untuk berelaksasi. Begitu pula dengan Sasuke.
Hening. Hanya terdengar sayup-sayup angin yang mencoba memasuki ruangan dari pentilasi udara yang minim di ruangan tersebut. Diam-diam Sakura mencuri pandang pada Sasuke tanpa sepengetahuan sang objek.
“Boleh kubertanya sesuatu?” ucapan Sakura sukses memecahkan keheningan yang ada.
“Hn,”
Kedua tangan Sasuke berada dibelakang lehernya, mencoba menopang kepalanya yang bersandar di sofa. Matanya tertutup, tapi bukan berarti tertidur.
WARNING:
AU—Mells
mah udah ngebet banget pengen bikin Fanfic
Canon, tapi apalah daya tangan tak
sampai #salah—maksudnya apalah daya? Mells teh memang belum bisa buatnya.
OOC—suer! Sebisa mungkin Mells mah buat agar se-IC mungkin, tapi kayaknya—perasaan Mells saja, atau?—memang jadi OOC.
Typo(s)—yang ini, memang rada sulit di hindari. Mohon permaklumannya~
OOC—suer! Sebisa mungkin Mells mah buat agar se-IC mungkin, tapi kayaknya—perasaan Mells saja, atau?—memang jadi OOC.
Typo(s)—yang ini, memang rada sulit di hindari. Mohon permaklumannya~
~v(^
3 ^)v~
Fanfic
ini
di persembahkan oleh aniMELIachan™.
Naruto
© Masashi Kishimoto
Yes,
I’m Jealous © aniMELIachan
Dedicated
for
‘SasuSaku Banjir tomat-ceri’
~v(^
3 ^)v~
Sakura memang bingung kenapa seorang seperti Sasuke—yang
selama ini selalu tak acuh padanya—ternyata mau berbuat hal seperti ini.
Meskipun dia juga senang, karena itu berarti rencana Sasori berjalan dengan
lancar. Tapi tetap saja hal ini benar-benar tidak mencerminkan sorang Uchiha
Sasuke.
“Kau sendiri! Kenapa memilihku untuk membantumu?” jleb! Uchiha Sasuke dengan mudah
mengembalikan pertanyaan Sakura.
“Seluruh dunia juga tahu, kalau aku menyukaimu—dan
seluruh dunia juga tau kalau kau tak pernah menyukaiku,” ucap Sakura dengan
nada lirih. Dia menundukan kepalanya sehingga poni pink panjangnya menutupi hampir seluruh lekuk wajahnya.
Bay
the way, ini sangat menyakitkan. Sungguh! Mengakui hal
itu sama saja mengaku kalau Sakura telah menyerah. Tapi, untuk kali ini
bukan waktunya Sakura untuk menyerah. Rencananya bahkan belum mencapai setengah
jalan.
“—Jadi menurutmu, siapa lagi orang yang bisa membuat
Sasori cemburu? Naruto? Atau Rock Lee? Jangan bercanda!” ucap Sakura sarkastik.
Dia sangat yakin dengan rencana Sasori. Wajahnya yang kini telah terangkat
kembali menampakan matanya—dan sama sekali tidak terisi keraguan di sana.
Sasuke membuka sedikit kelopak mata yang sedari tadi
tertutup. Melalui ekor matanya Dia menatap Sakura. Percaya atau tidak! walaupun
wajah Sasuke tetap terlihat datar-datar saja, tapi dari tatapanya barusan
Sasuke nampak sedikit kesal. Oke! Hanya sedikit kesal.
“Tch! Aku bahkan tidak sadar ... ternyata kau telah
berpaling dariku, Sakura,” komentar Sasuke secara tiba-tiba. Kali ini dia
benar-benar menampakan pandangan tidak sukanya pada Sakura.
‘Ah! Tatapan
apa itu barusan? Apa mungkin Sasuke benar-benar—akh tidak! tidak! ini terlalu
cepat Sakura.’ Teriak iner Sakura
norak.
“Aku benar-benar berterima kasih pada
Sasori...,” Sasuke sengaja menggantungkan ucapannya, dia juga mengalihkan
pandangannya dari Sakura. Nampaknya dia benar-benar tidak ikhlas memberikan
tatapan itu pada Sakura, “... Karena dia
telah membantuku, menjauhkanmu dariku.” Lanjutnya tanpa beban. Tanpa memikirkan
bahwa ucapannya telah berhasil membuat iner
Sakura menarik kembali semua ucapannya.
“Yeah .... Walaupun kau cinta pertamaku, tapi bukan
berarti kau cinta terakhirku ‘kan? Bisa jadi Sasori adalah cinta sejatiku.” Tak
disangka Sakura bisa mengucapkan hal seperti itu pada Sasuke. Apa tidak
terlintas sedikitpun bila rencana ini gagal? Bagaimana kalau rencana ini
benar-benar gagal? Author sendiri tidak
yakin Sakura masih punya muka untuk menemui Sasuke lagi.
AC—alias Angin Cepoi-cepoi—yang ada benar-benar
tidak membantu untuk mendinginkan situasi panas yang terjadi di ruangan ini. Bagaimanapun
kenyataannya mereka berdua masih remaja yang menuju dewasa, mereka berdua baru
berumur delapan belas tahun. Ego keduanya masih sama-sama besar.
Sasuke bangkit dan berdiri kemudian mendekati Sakura. Sekilas
terlihat dia meronggoh saku kemejanya untuk mengeluarkan sesuatu dari sana.
Sesuatu yang berbentuk panjang, lonjong, dan sepertinya tumpul (sekali lagi, sesuatu tersebut keluar dari saku kemejanya loh yah). Tenang saja sesuatu itu kecil jadi tidak
mungkin mampu melukai Sakura. Eh! Tunggu dulu! Itu sudah jelas kan ... kalau
besar mana muat dimasukin ke dalam saku kemeja.
Benda lonjong panjang tersebut kini mulai terlihat
jelas. Itu seperti ...
... lipstick?
‘Untuk apa
Sasuke-kun mengeluarkan lipstick? Apa mungkin SasUKE lekong?’ pikiran neting Sakurapun mulai bermunculan.
Sasuke yang nampaknya tau arti ekspresi horror yang dipasang oleh Sakura, segera
memberi penjelasan tanpa diminta, “Ini kuambil dari kamar Kaa-chan tadi,”
Sakura dengan samar-samar menghela napas lega, “Untuk
apa?”
“Pakailah!” perintah Sasuke tanpa menghiraukan
pertanyaan Sakura.
“Ta-tapi warnanya kan norak!” argumen Sakura mencoba untuk menolak.
Gagal! Setelah melihat Sasuke memutar bola matanya satu
putaran penuh tertanda bosan, Sakura akhirnya tetap memakai lipstick—yang
menurutnya berwarna norak—itu dibibirnya.
“Cepat! Berikan cap bibirmu di sebelah sini!”
perintah Sasuke kembali.
Jangan berharap Sasuke menyuruh Sakura memberikan
cap bibir pada pipi putih porselin miliknya. Sasuke malah menunjuk di
dada sebelah kirinya. Tepat di pusat kehidupannya. Di jantungnya. Bukan di
jantung dalam artian sebenarnya! Melaikan di atas kemeja putih yang Ia kenakan.
Sakura menatap Sasuke bingung yang hanya dibalas kembali
dengan tatapan yang seolah tidak mau menunggu lebih lama lagi ....
Sakura sedikit menunduk menuju daerah yang
ditunjukan Sasuke. Entah apa yang terjadi pada saat itu tapi Sasuke memejamkan
matanya ketika bibir sakura menyentuh permukaan kemejanya. Sasuke tidak
menyadari bahwa jantungnya berdetak diluar kendalinya, jantungnya berdetak
tidak karuan.
‘Apa yang tadi
juga hanya perasaanku saja? Tapi aku merasakan bahwa jantung Sasuke-kun
berdetak terlalu kencang.’ Pikir Sakura.
Gadis cherry
ini membersihkan noda lipstick yang
tertinggal dibibirnya dengan tisu. “Sebentar lagi,” ucapnya tiba-tiba.
“Sebantar lagi Sasori pasti datang.” Lanjutnya.
“Kau yakin?” Sasuke memastikan.
“Tentu saja. Kau tau pasti bahwa Sasori tidak suka menunggu. Aku tau pasti, dia juga
tidak suka membiarkan orang lain menunggu.” Jelas Sakura.
“Kalau begitu. Bisakah kau berdiri di tembok itu?”
ucap sasuke menunjuk dinding yang berada di sebelah barat. “Tepat disebelah
cermin besar itu,” lanjutnya. Sakura yang diperintah hanya menuruti saja.
“Tepat di sana.”
Tidak lama setelah itu, bel pintu benar-benar
berbunyi. Itu menandakan ada tamu yang datang bukan? Dan tamu tersebut siapa
lagi—kalau bukan Akasuna no Sasori yang sudah ditunggu sejak tadi.
“Aku yakin dia akan masuk tanpa dipersilahkan bukan,
Sakura? Apalagi kalau tau gebetannya
ada di sini,” Sasuke berpura-pura bertanya seperti itu, padahal dia tau pasti
jawabannya.
Sakura hanya bisa mengangguk dari tempatnya dan
menerima kedatangan Sasuke yang semakin dekat padanya. Tangan kiri Sasuke
menyentuh tembok yang tidak jauh di belakang Sakura, lengan kekar Sasuke berada
tepat disebeleh kiri wajah mulus Sakura. Wajah Sasuke begitu dekat dengan wajah
Sakura—tidak ada sepuluh senti meter jarak diantara mereka. Dengan sedikit
ragu, Sasuke menyentuh pinggang ramping Sakura dengan tangan kanannya.
Walaupun adegan seperti ini memang sudah
terencanakan sebelumnya. Tetap saja Sakura tidak tahan, jantungnya seperti
ingin melompat keluar. Baginya bahkan di dalam mimpi sekalipun, adegan ini mustahil terjadi.
Langkah kaki terdengar semakin jelas. Langkah kaki
seperti ini jelas sekali sedang tergesa-gesa. Seketika pintu diruangan
tersebut terbuka dengan kasarnya. Secara otomatis menampakan sesosok makhluk
berambut merah menyala.
“SAKURAAA!” teriaknya—tentu saja berpura-pura.
Seperti mendengar sebuah sinyal, Sasuke memiringkan
kepalanya. Sehingga Sasori dapat melihat seolah-olah mereka sedang
berciuman.
Sulit dihindari memang, mata Sakura dengan refleks membulat sempurna. Apalagi
dengan jarak sedekat ini dia bisa melihat pahatan yang maha kuasa yang begitu indah
terukir di wajah Sasuke. Bukan hanya Sakura, Sasori pun tidak bisa lagi
menyembunyikan wajah terkejutnya.
Dengan ekor matanya Sasuke melirik cermin besar
di sebelah kanannya. Dia dapat melihat ekspresi terkejut Sasori dengan jelas di sana. Namun bukannya bangga karena telah berhasil membuat Sasori cemburu. Dia
seperti merasakan ada sesuatu yang direnggut dari hatinya. Sesuatu yang sangat
penting, yang telah lama mengisi hatinya. Hatinya kosong.
Sepintas dia berpikir, apakah dia benar-benar telah
merelakan Sakura berpaling pada Sasori?
“Eh? Kau tidak mel—”
“—Tidak!” Sasori dengan cepat memotong ucapan
Sasuke. “Anggap saja aku tidak melihatnya! Karna aku memang tidak ingin
melihatnya.”
Sasori menatap tajam mata Sasuke sembari menghampiri
Sakura.
“Aku datang sesuai janji. Datang
untuk menjemput Sakura.” Ujar Sasori tegas tak terbantahkan.
Sasori memegang pergelangan tangan Sakura dan
menariknya secara paksa. Sakura yang tau ini bagian dari rencana awalnya dengan
Sasori hanya mengikuti tanpa perlawanan.
Mereka berjalan meninggalkan Sasuke. Sekilas Sakura
menatap Sasuke dan tersenyum bermaksud memberitahu bahwa rencananya dengan Sasuke berhasil—sekaligus rencananya dengan Sasori yang berhasil.
~v(^
3 ^)v~
“Kau lihat ‘kan tatapan Sasuke, Sakura? Aku tahu
pasti itu adalah tatapan seorang yang tidak rela. Dia tidak rela kehilanganmu,”
seru Sasori di dalam mobil di perjalanan pulang mereka.
“Kau benar. Setidaknya kini aku tau kalau perasaanku
tidak sepenuhnya diabaikan oleh Sasuke-kun,” balas Sakura setuju dengan senyum
yang tak lekang menghilang dari wajahnya.
Sakura mengalihkan pemandangannya menuju jalanan
yang sudah mulai gelap. Kini cahaya kota Konoha telah terganti oleh gemerlap
lampu-lampu jalanan.
“Eh! Omong-omong, kenapa Kau mau membantuku? Sampai
repot-repot membuat Sasuke cemburu dengan cara yang jenius seperti ini? Padahal
kitakan baru saja kenal,” tanyanya tanpa ada maksud berbasa-basi walau sedikit.
“Siapa yang bisa tenang bila ada gadis yang datang
padamu dengan menangis tersedu-sedu dan memintamu menjadi pacarnya? Hahaha.”
Dan mereka berduapun tertawa renyah ...
“Tapi aku tak menduga kalau Sasuke akan melakukan
adegan ehem-hot-ehem itu.” Lanjutnya sembari tertawa.
Blush
...
Ya! Sakura malah blushing
seketika.
~v(^
3 ^)v~
Sasuke menyandarkan punggungnya di tembok tempat di
sebelah cermin (saksi bisu adegan yang menegangkan
tadi). Perlahan tubuhnya merosot kebawah hingga terduduk.
Dia melipat kedua kakinya dan memeluknya, “Kau bodoh
Uchiha Sasuke,” gumannya. “Niatnya membuat Sasori cemburu, tapi kenyataannya
justru Kaulah yang cemburu.” Lanjutnya berguman.
FINISH
~v(^
3 ^)v~
Ini oneshot apa ficlet nih? Mells sendiri gak yakin
....
Tapi untung udah selesai. Ide ini tiba-tiba aja
lewat dikepala Mells dan tanpa pikir panjang langsung Mells ketik. Jadi maaf
kalo ancur plus gak bisa dimengerti.
Sempet mikirin prekuel sih ... gimana ada yang
tertarik baca? Tapi ... –ah! Lupakan aja deh #plok.
Akhirnya Mells publish Fic lagi setelah sekian lama
hiatus.
Yang mau numpang lewat. Baca doang gak apa-apa ^^’a.
Untuk yang
mau menambah pahala dengan cara beramal menyumbangkan saran, kritik yang
membangun dengan cara yang lembut dan manis (?). silahkan Riview.
Ada yang suka pedes-pedes? Mells mah gak suka #Plok.
Jadi buat
kritik yang pedes (flame) dengan
‘sedih’ hati Mells terima (_ _”)v. Walaupun dapat membuat Mells terperusuk ke lubang yang dalam hingga
akhirnya terpuruk. Boong banget. Mells mah orangnya gak kaya gitu kok.
Terima-terima aja gak baik juga menolak rejeki (?).
Akhir kata
R
E
V
I
E
W
REVIEW
28.07.2011
i like it , it so wow...
ReplyDeleteI can believe it, You are the first comment on my blog :D
Deletehow ever you just anonymous i still really happy.
Thank you so much, dear~ :D
Mama lanjutannya nih.. penasaraan dibuatny ><
ReplyDeleteKyaaa....... ^^
Keren ;)
ReplyDelete