Inilah yang terjadi bila Sasuke dan Itachi
bermain-main tak jelas. Dua jenius Uchiha ini selalu bisa menikmati permainan
mereka dengan cara mereka masing-masing. Walaupun permainan tersebut hanya permainan
populer sederhanya yang disebut “batu, gunting, kertas!”
Namun selalu saja seperti ini: si sulung dengan
harga diri yang telah terlanjur tinggi tidak akan pernah menyerah pada si
bungsu. Pemuda yang baru berusia sepuluh tahun ini tidak mau kalah dari adiknya
yang masih berusia tujuh tahun. Terbukti seperti sekarang ini...
“YEY! Sasu menang. Gunting mengalahkan kertas!”
.
.
.
.
.
V96
# 60V
Fanfic
Ini
Dipersembahkan oleh anomelish™
Naruto © Masashi Kishimoto
Gunting,
Batu, Kertas! © anomelish
STANDART
WARNING SET!
V96
# 60V
.
.
.
.
.
“Niichan
kalah! Sekarang niichan harus
menggendong Sasu keliling rumah,”
Sasuke kecil ini kegirangan bukan main. Akhirnya
setelah tujuh tahun sepanjang hidupnya dia berhasil mengalahkan kakaknya. Terlebih
lagi dia mengalahkan kakaknya dalam percobaan pertama. Benar-benar nilai plus
bagi bocah penyuka tomat ini.
Lagi pula selama sepuluh tahun hidup
kakaknya—walaupun yang tiga tahun sebelumnya Sasuke tidak tahu pasti bagaimana
kehidupan kakaknya—dia yakin ini untuk pertama kali kakaknya melakukan
kesalahan fatal. Hanya karena melihat cewek tetangga incarannya Itachi
melupakan permainannya. Justru dengan tidak elitnya Itachi melambaikan tangan
pada gadis dari marga Hyuuga tersebut tepat ketika adiknya selesai mengucapkan,
“Batu, gunting, kertas!”
Posisi tangan Itachi yang melambai tersebut telah
sah dianggap bahwa dia mengeluarkan kertas. Bertepatan dengan tangan Sasuke
yang seolah berbentuk gunting.
“Itachi-nii, gendong~” Sasuke mulai merengek karena
merasa diacuhkan oleh kakaknya yang entah pikirannya sedang melayang kemana.
Akhirnya karena tidak mendapat jawaban dari
kakaknya, dengan sekali hentakan, Sasuke naik ke atas punggung kakaknya tampa
permisi. Membuat sang pemilik punggung sedikit meringis dan terkaget seketika.
“AW! Sasu kau ini apa-apaan sih?” tanya Itachi.
Bukan untuk berpura-pura. Dia memang tidak tau kenapa tiba-tiba Sasuke sudah
ada dibelakangnya.
“Itachi-nii
sudah kalah dariku.” Jelas Sasuke. “Gunting...,” ucapnya sambil memperagakan
benda bernama gunting tersebut dengan jari-jari pada tangan kanannya, “...
mengalahkan kertas.” Lanjutnya kemudian berpura-pura memotong jari-jari tangan
Itachi yang masih pada posisi awal lambaiannya tadi.
“Sejak kapan gunting bisa mengalahkan kertas?” tanya
Itachi innocent.
“Sejak tadi,” jawab Sasuke tak kalah innocent, “a-ah! Memang begitu
peraturannya,” lanjutnya mulai kesal, “Itachi-nii sudah kalah jangan kebanyakan
ngeles deh.”
Dalam hati Itachi bertanya, ‘Dari mana Sasuke
mempelajari bahasa alay begitu?’ sweardrop
sebentar, Itachi memulai dengan argumennya, “Bagaimana mungkin kertas kalah
dari gunting yang notabene bisa
mengalahkan batu? Bukannya gunting dikalahkan oleh batu?”
“Tetap saja! Gunting dapat dengan mudah memotong
kertas menjadi berkeping-keping kalau dia mau,” dengan sedikit ngeyel layaknya
anak berumur tujuh tahun tetap saja argumen Sasuke tadi telah menunjukan bahwa
dia itu memang dari klan Uchiha.
“Kita lihat saja! Bisa apa gunting kebanggaanmu itu
bila dibungkus oleh kertas seperti ini,” Itachi menggenggam erat tangan Sasuke.
“Tidak bisa berkutik bukan?” lanjutnya dengan senyuman kemenangan.
Tampa disadari muka Sasuke mulai merah padam.
Matanya mulai panas dan memerah menahan kesal. Ingin rasanya dia berteriak
meluapkan kekesalannya sekarang.
Itachi terkekeh, “Itulah sebabnya kertas dapat
dengan mudah mengalahkan batu yang kuat.”
Sasuke masih terdiam seribu bahasa. Dia bukan diam
untuk mencari cara menggendong kakaknya keliling rumah yang luasnya tidak perlu
ditanyakan lagi. Melainkan mencari cara untuk mematahakan argumen dari
kakaknya. Sejak awal, hari ini sudah ditakdirkan menjadi hari kemenangan
dirinya ... bukan kakaknya!
Seperti mendapat ide cemerlang. Alisnya yang semula
saling bertaut kini merenggang kembali. “Tunggu sebentar!” kata bocah kecil ini
pergi berlari menuju loker terdekat.
Dia tampak mengubrak-abrik loker tersebut...
... dan...
... dapat!
Dia mengeluarkan sebuah gunting dan sebuah kertas.
“Coba Niichan bungkus
gunting ini dengan kertas,” perintah Sasuke mantap. “Aku akan buktikan kenapa
kertas tidak dapat mengalahkan gunting,” senyum bocah ini mulai merekah.
Itachi yang sudah tidak kaget dengan reaksi yang
ditunjukan adiknya ini mengikuti saja perintahnya dan mulai membungkus gunting
tersebut dengan kertas yang diberika adiknya. Dia justru ingin tahu apa yang
sebenarnya dipikirkan adik kecilnya ini.
“Sudah. Lalu apa penjelasanmu, Sasu?”
Itachi memberikan kembali gunting yang telah
terbungkus rapat dengan kertas itu pada Sasuke. Sambil menunggu dengan tidak
sabar apa yang coba bocah umur tujuh tahun ini jelaskan pada anak berumur
sepuluh tahun sepertinya.
“Ehem,” Sasuke bersiap untuk memulai argumennya. “Jadi
walaupun gunting ini telah terbungkus rapi oleh kertas. Bukan berarti gunting
ini sudah tidak berdaya terhadap kertas itu sendiri,”
Sasuke kecil berusaha keras merenggangkan pegangan
gunting yang telah terbungkus kertas tersebut sehingga gunting sekarang
membentuk ‘X’ sempurna. Sulit memang! Namun berhasil juga. Membuat kertas yang
semula membungkus gunting sobek menjadi dua.
“Lihat! Gunting tetap bisa membuat kertas tersebut
tidak menjadi satu bagian lagi. Selanjutnya kertas yang telah menjadi dua ini
mana bisa membungkus gunting kembali sesempurna sebelumnya. Meskipun bisa!
Gunting tetap akan merobek kertas itu seperti tadi,” Jelas Sasuke tampa
tersendat.
Itachi tersenyum tulus. Bagaimana bisa anak umur tujuh
tahun berpikiran seperti itu. Namun bukan Itachi namanya kalau mengakui begitu
saja pada argumen adiknya. Harga dirinya tidak mengijinkannya, “Lalu? Kenapa
cara itu berhasil terhadap batu?” tanya Itachi kemudian.
“Tentu saja karena batu tidak mempunyai kemampuan
untuk membebaskan diri dari kertas,” jawab Sasuke enteng.
Itachi berjalan keluar menuju halaman. Langkah
kakinya membawa Sasuke yang penasaran dengan tingkahnya mengikuti di
belakangnya.
Dia mengambil batu sebesar kepalan tangan. Sama
seperti gunting tadi batu itu dia bungkus dengan kertas.
“Kalau begini, bagaimana?” guman Itachi pelan namun
tetap terdengar oleh Sasuke.
Itachi memukul-mukulkan batu yang terbungkus kertas
itu pada batu yang lebih besar. Mengakibatkan satu sisi kertas yang membungkus
batu itu hancur. Kertas menjadi berlubang.
“Lihat, Sasu? Kamu bilang batu tidak mempunyai
kemampuan untuk membebaskan diri dari kertas? Lalu ini kau sebut apa?” tanyanya
dengan memasang muka yang (sok) penasaran.
Sasuke menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Nampaknya bocah ini memaksa otaknya yang sedang dalam masa perkembangan itu
untuk berpikir begitu keras.
Itachi bosan menunggu jawaban dari adiknya. Tapi
dalam hati terkecilnya entah kenapa dia yakin bahwa adiknya psati dapat
menjawabnya. Akhirnya untuk melepas rasa bosan Itachi terus memukul-mukulkan
batu yang dari tadi di pegangnya.
“Itu dia jawabannya!” Sasuke menjentikan jarinya.
“Niichan,
aku menyebutnya usaha yang sia-sia,” Sasuke tersenyum puas sebelum akhirnya
melanjutkan perkataanya, “Batu itu tidak benar-benar bebas dari kertas. Dia
hanya membuat lubang kecil pada satu sisi kertas yang membungkus batu.”
“Lagi pula sebelum batu itu benar-benar membebaskan
diri dari kertas dia telah hancur duluan karena secara tidak langsung dia juga
menghancurkan dirinya sendiri.” Lanjutnya beragrumen. “Itu sih Cuma teoriku.
Biar bagaimanapun teori kadang-kadang melenceng dari kenyataannya.”
Itachi nampak puas dengan jawaban Sasuke. Tapi,
“Lalu, bagaimana dengan—“
Belum juga Itachi bertanya Sasuke sudah memotong
dengan argumen lainnya, “Sedangkan kenapa batu bisa mengalahkan gunting itu
karena mereka beradu kekuatan. Walaupun gunting mempunyai ketajaman dan gerakan
yang bisa mengalahkan kertas tapi semua itu tidak berguna untuk melawan batu. Batu
itu sendiri, dia bisa memukul gunting yang menyebabkan gunting tidak berbentuk
lagi.”
Itachi hanya bisa tertawa sekarang. Bukan tawa miris
karena telah kalah beradu argumen dengan adiknya. Sebaliknya, dia puas
mendapatkan jawaban yang begitu di luar dugaan.
Meskipun kalau perlu dikomentari perdebatan mereka
sebenarnya bukanlah perdebatan yang penting. Bukan perdebatan yang mampu
membuat rakyat seantero Konoha sejahtera. Apalagi perdebatan demi perdamaian
dunia.
Namun seperti narasi di awal tadi. Itachi dan Sasuke
memang tau bagaimana caranya menikmati permainan mereka. Cara yang mungkin
menurut sebagian orang terbilang aneh dan tak jelas.
“Berhentilah tertawa, Itachi-nii! Gendong aku sekarang. Aku tak sabar memberi tau seisi rumah
kalau akau berhasil mengalahkan Niichan,”
Sasuke mencoba meraih punggung kakaknya yang lebih
tinggi beberapa centi dari tubuhnya
itu. “Berhentilah bergelayutan di punggungku, Sasu! Nanti kamu jatuh ke bawah,”
ucap Itachi memperingatkan.
“Ahahaha iyalah kalau jatuh ke bawah, Niichan,”
“Ada juga yang jatuh ke atas, Sasu,”
“Sudahlah... Sasu nggak mau maen lagi! Sasu bilangin
touchan kalau niichan nakal.”
Sasuke sepertinya sudah tidak tertarik lagi dengan
permainan Itachi. Dengan bibir yang mengerucut dia menyerah meminta Itachi
menggendongnya. Akhirnya dia pergi meninggalkan Itachi di halaman.
“Sasu-chan ada loh yang jatuh itu ke atas...,”
Itachi masih mencoba menggoda adik kecilnya.
“Niichan
ke laut aja sana!” jawab Sasuke beneran kesal.
Itachi mengerjapkan matanya sebelum berguman, “Kau
memang pintar, Sasuke.”
FIN
V96
# 60V
Apa ini? Maafkan karna telah membuat kedua
jenius Uchiha ini tidak terlihat jenius lagi.... Salahkan otak Elsh yang sedang
eror menyambut UN.
Tapi jujur deh ... kalau dipikir-pikir yang
buat permainan “gunting, batu, kertas” itu jenius banget yah? Siapa sih pelopor
pertamanya? Ada yang tau? Kasih tau Elsh dong, please....
By the way, jangan cuma numpang
lewat dong, ayo baca! Baca doang juga gak apa-apa ^^'a. Cuman review mah tetep wajib /dor.
Ada yang tertarik dengan fanfic Elsh? Merasa menjanggal gitu setelah
baca fanfic Elsh?
Atau ada uneg-uneg yang bikin eneg kalau disimpan? Kalau gitu ayo dong
sumbangkan pendapat kalian melalui Review.
Silahkan Review.
Akhir kata
R
E
V
I
E
W
REVIEW
Bali, Sabtu 29 Desember 2012. 02:16
0 komentar:
Post a Comment
Mind to comment~ Kritik dan saran pasti akan sangat menbantu untuk kemajuan saya. Komentar yang menjurus ke arah negatif (Out of Topik, Bashing, Pemicu war, maupun mengandung unsur SARA) akan dihapus atau terjaring secara otomatis pada spam filter.